My New Born Son - Wiweko Indi Hanungtyasto


dini hari itu, sabtu 17 april 2010, ku tulis status di fb-ku melalui handphone ketengan SE K310i : 01.30 anakku lahir... laki-laki. Alhamdulillah.

pendek saja... karena kemudian aku mulai sibuk merawat istri dan bayiku. anakku yang ke-dua

aku dan istriku datang sendiri ke puskesmas wonoasih yang jaraknya tak lebih dari 1,5 km dari rumah mungilku di sebuah perumahan yang berada di daerah urban kota Probolinggo. Puskesmas dengan layanan yang lebih dari memadai untuk ukuran puskesmas. Puskesmas yang biasa kami jadikan 'jujugan' kala anak sulungku sakit. Terima kasih Tuhan, sudah Kau dekatkan kami dengan tempat kerja kami dan fasilitas publik itu....

saat itu pukul 21.00 wib, hari jum'at 16 april 2010, kubonceng istriku naik motor Jupiter Z '05 yang knalpotnya mulai bocor hingga suaranya sedikit meledak-ledak, menuju Puskesmas wonoasih. Setelah sebelumnya kami mengepak perlengkapan yang kira-kira di butuhkan. Semuanya kuangkut ke dalam tas ransel hitam 40 ltr merk Alto yang aku beli kala aku pulang ke kediri beberapa bulan sebelumnya dengan anak sulungku.

beberapa jam sebelumnya, sore itu aku masih ada di sekolah membantu persiapan keikutsertaan pada LKS tingkatJatim yang rencananya akan berangkat hari minggu ke ponorogo. mendekati pukul 17.00 handphone-ku berdering dan diseberang istriku mengatakan bahwa perutnya terasa sakit kontraksi. akupun minta ijin teman-teman untuk pulang terlebih dahulu dengan membawa tanggungan; membuat disain label untuk botol madu yang akan dibawa lomba oleh siswa kami.

sampai dirumah, aku ''interogasi'' istriku tentang kondisinya... kesimpulanku: ''masih agak lama... tak usah terburu-buru''. Mungkin kesimpulan seperti itu karena kulihat dia tidak tampak terlalu kesakitan seperti saat akan melahirkan anak pertama. dan aku sempat berharap agar jika benar melahirkan, terjadilah hari sabtu pagi atau siang ketika semua orang berada dalam kondisi terbaiknya.

selepas maghrib, kusempatkan mengisi bensin motorku di pom bensin yang jaraknya dekat dengan rumahku (sekali lagi Terima Kasih Tuhan), dan segera kukerjakan PR-ku membuat Label Madu... dan seiring waktu berjalan, sinyal dari istriku semakin tegas. maka PR itu segera (kuper-) cepat kuselesaikan dengan menggunakan potoshop.

pertanyaan timbul dalam benakku... bagaimana menyampaikan file yang belum tercetak itu ke teman-temanku..?

FACEBOOK...!! ok ... aku memutuskan mengirim file label madu ke dalam dinding FB bu Lifi ketua jurusan pemasaran... masalah SELESAI. Syukurllah, 2 bulan terakhir internet unlimited sudah hadir dirumahku. sangat membantu disaat gawat-darurat. walau sebenarnya lebih sering aku gunakan untuk download musik dan video derta main Fesbuk. habis bayarnya mahal sih... kupikir rugi kalau hanya aku gunakan chatting-an saja.

malam itu.., setelah urusan pekerjaan (kuanggap) selesai dan anak sulungku sudah terlelap, kukeluarkan motorku - Nyai Jupe - dan setelah istriku minta diri kepada mertuaku kami pun meluncur pelan-pelan menunggang Nyai Jupe ke arah selatan menuju puskesmas wonoasih.
tentang julukan yang kuberikan untuk motorku hanya meniru kebiasaan istana jawa menyebut barang-barang yang dianggap pusaka seperti Kyai plered untuk tombak, kyai ... untuk kereta istana, kyai ... untuk perangkat gamelan. bahkan emha ainun nadjib memberi nama grup gamelan-nya dengan nama kyai kanjeng. jadi untuk kesenangan(-ku sendiri) ku juluki motorku 'Nyai Jupe' plesetan dari 'Jupiter'.

sampai di puskesmas, langsung menuju UGD (meski puskesmas. 24 jam lho..!) dan di teruskan ke ruang bersalin. sebuah bangunan baru di lingkungan puskesmas tersebut dengan lantai porselin, begitu juga separuh ketinggian dindingnya juga dilapisi porselin dengan nuansa warna wooden.

istriku segera diperiksa... hasilnya masih bukaan dua, tensi 110, normal. dan kami memutuskan menginap di puskesmas.

setiap setengah jam istriku di kontrol keadaannya oleh satu orang bidan yang sedang bertugas malam itu.

sekitar pukul 11.30 saat kontraksi mulai intens, kusempatkan menelepon orang tuaku di kediri mengabarkan keadaan kami dan 'mohon doa restu'. Banyak hal dinasehatkan Bapak kepadaku...

+/- 12.30 kontraksi makin intens, bidan mengontrol istriku, sudah bukaan 7. sebentar lagi...

sepanjang malam itu hanya ada kami bertiga di kamar bersalin itu... cemas sempat terlintas karena melihat bidan hanya sendirian tanpa asisten. artinya akulah yang menjadi asisten bidan. dhuh Gusti Paringgono Gangsar... doa yang selalu terlintas di benakku. dan ketika kontraksi makin menyakitkan, bidan meminta istriku mengatur nafas... tarikkk... lepasss....

"ayo Ma... karo nyebut..!!" bisikku kepada istriku. dan kuikuti irama pernafasannya sambil menyebut namaNYA.

dorongan dari dalam perut semakin kuat.

01.20 air ketuban pecah. menyemprot keluar. posisi istriku segera diatur agar lebih baik. aku berada di samping kepalanya dan kupegangi tangannya. kusemangati dirinya. Istriku mulai mengejan. 1 2 3 huuuffkk..., ambil nafas..., 1 2 3 hhuuuufffkk, dan alhamdulillah tak lebih dari 5 kali mengejan...

01.30 anakku lahir... laki-laki. 3,2 kg, 49 cm dan kami saat itu belum punya nama untuknya. terus terang nama bayi lelaki bagiku lebih sulit dari pada untuk bayi perempuan.


Selasa siang 20 april 2010..., akhirnya ketemu juga nama itu...

WIWEKO INDI HANUNGTYASTO




semoga menjadi anak yang sholeh, amien.

Komentar

Postingan Populer